Bisnis itu dijalankan tiga hal. Pasar, manajemen, serta modal. Saya menyebutnya dengan 3 M, yakni market, management dan money.
Lihat dan pelajari dulu pasar sebelum menjalankan bisnis. Produk bisa diciptakan, namun pasarnya belum tentu tersedia. Kalau tidak ada pasar, apa yang bisa dibisniskan? Namun bisnis lebih gampang ditekuni bila pasarnya sudang membentang.
Produk ada dan market tersedia, tapi harus ada yang menjalankan bisnis. Maka bisnis harus ada manajemen. Bisnis tidak akan berjalan tanpa manajemen.
Yang juga penting adalah dana atau modal. Jika ada dana, bisnis pasti bisa dijalankan. Tiga M ini menjadi satu kesatuan. Harus terpenuhi semuanya. Satu hilang, sulit menjalankan bisnis.
Namun tiga hal ini hanya modal dasar menjalankan bisnis. Boleh dibilang 3M adalah basic level berbisnis. Bila ingin berkembang besar dan bertahan lama, perlu support lain, terutama adalah values atau nilai-nilai yang dikembangkan dalam perusahaan. Jadi, menjalankan bisnis perlu rumus 3 M plus values.
Sebutlah nilai mengenai kejujuran, menjaga kepercayaan, keterbukaan dan pelayanan baik bagi pelanggan. Masa depan sebuah bisnis, menurut saya, bergantung pada bagaimana kita menjalankannya secara jujur maupun menjaga kepercayaan.
Silakan saja mengambil untung besar walau dengan cara menipu. Tapi, apakah konsumen nanti akan mau setia bila tahu dibohongi?
Bisnis semacam apa yang bertujuan saling mencurangi dan tidak didasari rasa saling percaya? Justru poin utama membangun bisnis adalah membangun kepercayaan, baik kepada shareholder, di internal perusahaan, maupun kepada pelanggan.
Demikian pula dengan keterbukaan dan pelayanan pelanggan. Sebenarnya, tidak sulit melayani konsumen, terutama konsumen Jakarta. Mereka lebih toleran dan memahami kesulitan kita.
Setiap perusahaan pasti pernah melakukan kesalahan. Tapi jangan sengaja dibuat salah sehingga merugikan konsumen.
Kalau ada kesalahan beri kepastian mengenai perbaikannya. Misalnya pengantaran sepeda motor. Jalan di Jakarta begitu macet, sehingga sulit memprediksikan berapa waktu tempuh untuk mengantarkan sepeda motor pesanan konsumen.
Kultur kita kepastian. Kalau kita tidak bisa datang jam 14.00 WIB, ya, bilang tidak bisa datang jam segitu. Konsumen Jakarta pasti maklum, asalkan diberitahukan terlebih dahulu. Pengalaman selama ini, 99% konsumen bisa menerima hal ini.
Nah, bisnis yang menjunjung tinggi nilai-nilai ini hampir pasti akan awet dan berkesinambungan. Prospek di masa mendatang juga lebih cemerlang.
Tugas utama seorang pemimpin adalah menanamkan nilai-nilai perusahaan, sekaligus menjaganya. Urusan rutin operasional serahkan saja pada para profesional yang kita miliki.
Namanya menanam, pasti harus dari awal. Di tahap orientasi karyawan baru, misalnya, kita harus tampil menanamkan nilai-nilai itu serta mengarahkannya. Tidak bisa nilai-nilai itu hanya ditulis dan ditempelkan di dinding seolah-olah semua bisa membacanya dengan sendirinya.
Setelah menanam nilai, giliran kita merawat atau menjaganya. Tahap ini saya pikir lebih sulit daripada menanamkan nilai. Perlu contoh dari pemimpin agar semua melihat atasannya memiliki komitmen menjaga dan menegakkan nilai-nilai baik dalam perusahaan.
Oleh: Robbyanto Budiman
Sumber: Kontan
Artikel www.PengusahaMuslim.com